Ardhi Saja

Sabtu, 15 September 2012

PINDAH RUMAH

Bismillah.... Mulai saat ini, aktivitas di blog ini : abudj.blogspot.com akan dihentikan, dan saya memindahkan aktivitas blogging saya ke homepage baru saya di : http://www.abu-khadijah.web.id Silahkan berkunjung ke homepage baru saya tersebut

Minggu, 27 Mei 2012

Laporan Pelatihan (tak resmi) LaTeX

Sebagai upaya untuk memasyarakatkan LaTeX di lingkungan prodi Tadris Fisika IAIN Walisongo, telah diselenggarakan kegiatan pelatihan penggunaan LaTeX, meskipun tidak secara resmi. Kegiatan ini telah dimulai sejak bulan mei, meskipun sekarang belum dilanjutkan lagi dikarenakan kesibukan saya dan juga peserta pelatihan, sehingga susah mencari jadwal pertemuan yang tepat.

Sebagaian mahasiswa maupun dosen "tentu saja" akan menggunakan software microsoft word, microsoft power point untuk pembuatan dokumen dan media presentasi. Namun di beberapa universitas (terkemuka) sudah digunakan LaTeX untuk pembuatan dokumen, yang diantaranya adalah skripsi, tesis, disertasi, makalah, dan media presentasi. Yang saya ketahui, di prodi fisika FMIPA UGM mahasiswa dianjurkan untuk menggunakan LaTeX dalam pengetikan skripsi dan tesis. Untuk mendukung kebijakan itu, pihak fakultas telah menyediakan (baca:membuatkan) class untuk pengetikan skripsi, tesis dan disertasi sesuai format baku FMIPA UGM. Dengan adanya class tersebut, maka praktis tidak akan ada lagi istilah "kesalahan format penulisan". Di lain tempat, beberapa jurnal sains bertaraf internasional "mewajibkan" penggunaan LaTeX dalam penulisan naskah yang akan dikirim ke jurnal tersebut.

Berbeda dengan microsoft word, dan yang sejenisnya, LaTeX akan menghasilkan file bertipe pdf, dvi atau ps,tergantung pengaturan yang kita lakukan. Lazimnya orang yang menggunakan LaTeX memilih untuk menghasilkan file bertipe pdf. Orang tentu sudah mengetahui bahwa file bertipe pdf tidak dapat di edit, tidak seperti file bertipe doc/docx yang dapat di edit. Selain itu, dengan digunakannya tipe pdf, maka tidak akan terjadi perubahan pada file tersebut jika dibuka dengan acrobat reader versi berapapun, maupun dengan program penampil pdf lainnya. Hal ini tidak terjadi pada file bertipe doc/docx, sebagaimana kita ketahui akan muncul masalah kompatibilitas yang berakibat terjadinya perubahan pada file doc/docx kita jika dibuka dengan microsoft word yang berbeda versi dengan yang digunakan untuk mengetik file tersebut.

Baiklah, daripada berpanjang cerita, lebih baik bagi anda (terutama warga fakultas tarbiyah) yang ingin mengenal dan menggunakan LaTeX, silahkan datang ke lab fisika untuk mencari informasi mengenai kegiatan pelatihan LaTeX ini. Rancangan materi yang dibahas adalah :

1. Instalasi LaTeX
2. Pendahuluan mengenai LaTeX :
a. Memulai LaTeX
b. Pengaturan teks, dan paragraf
c. Input gambar
d. Pengetikan rumus-rumus
e. Enumerasi

3. Package Geometry untuk pengaturan halaman
4. Pembuatan tabel
5. Beamer (untuk membuat media presentasi)
6. Tutorial penggunaan class skripsi tadris fisika

Keterangan : Yang dicetak tebal telah dilaksanakan.

Jumat, 06 April 2012

"Susahnya keluar dari Jendela"

Tulisan ini berawal dari renungan saya yang tiba-tiba. Seringkali saya mendengar dari seseorang yang bila ditawari untuk beralih untuk menggunakan linux sebagai sistem operasi di pc/laptopnya, maka dia akan mengatakan :
1. "ah...linux ribet....ga familier...."
2. "males ah...(karena) harus belajar lagi...."
3. "nanti dokumen-dokumen yang diketik di W*n*o*s" ga bisa di baca di linux..."
4. "itu kan untuk orang yang jago komputer...."
5. "soalnya dikantor saya kan semuanya pake W*n*o*s....."
dan ungkapan-ungkapan lainnya yang intinya menyatakan keengganan dirinya untuk beralih ke Linux.

Nah,..suatu ketika muncul dipikiran saya, bahwa ternyata kalau seseorang, terutamanya usia remaja sampai 45 tahun (ini hanya perkiraan saya), akan senang bila mendapatkan handphone era sekarang. Yang saya maksud adalah handphone yang "bertipe" TAB, yang umumnya memiliki sistem operasi tertentu seperti Android, dll. Sebagai konsekuensi perasaan senangnya, maka orang tersebut akan menggunakan perangkat selular tersebut untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Coba perhatikan, dari senang lalu kok tiba2 langsung menggunakan. Ada yang kurang? Permisalan lagi : Andaikan anda tidak bisa menyetir mobil, lalu tiba-tiba anda mendapat hadiah berupa sebuah mobil. Apakah anda tidak ingin untuk belajar menyetir, sehingga anda dapat menyetir sendiri mobil anda? Umumnya anda akan belajar menyetir sehingga mobil baru anda dapat anda fungsikan sebagaimana mestinya. Nah begitu juga dengan perangkat selular canggih tadi. Saya yakin kebanyakan orang bila pertama kali disodori perangkat tersebut akan bingung dan kesulitan untuk mengoperasikan semua fitur2 yang disediakan oleh perangkat tersebut. Tetapi apa yang lazim dilakukan oleh kebanyakan orang? Umumnya mereka akan menyediakan waktunya (meskipun tidak disadari), untuk mempelajari secara otodidak pengoperasian perangkat selular tersebut. Terkadang kalau kita melihat orang tersebut, dari pertama punya sampai 3 hari berikutnya terlihat sibuk menekan-nekan layar kaca di perangkat tersebut. Entah sedang apa, tetapi yang jelas sepertinya sangat mengasikkan bagi orang tersebut. Dengan usaha kerasnya itulah maka dalam hitungan 3 hari dia sudah menguasai pengaturan dan pengoperasian perangkat selular tersebut.

Mari kita kembali ke topik di paragraf awal. Menurut saya, penggunaan pc/laptop ber"Linux" sama saja dengan penggunaan perangkat selular tadi. Sama dalam hal "belum pernah menggunakan sebelumnya" dan "belum familier"nya. Sehingga menurut tinjauan ini, bagi saya gugur sudah alasan 1, 2 dan 4 dalam paragraf awal. Jadi dengan usaha yang tidak ada bedanya dengan contoh perangkat selular tadi, maka dalam beberapa hari saja orang sudah dapat mengoperasikan Linux untuk keperluan sehari-hari.

Sebagai tambahan, saya ceritakan sedikit pengalaman saya. Teman saya tahu bahwa saya pengguna Linux 100%, maksudnya tidak menginstal sistem operasi lain dilaptop saya selain Linux. Kemudian karena saya mendapatkan laptop baru, maka laptop lama digunakan oleh istri saya di rumah. Lalu teman saya bertanya: Jadi, laptop mu yang dirumah di install W*n*o*s? Dia bertanya begitu karena dia beranggapan jika tidak di install W*n*o*s maka laptop itu tidak dapat digunakan oleh istri saya. Justru saya malah kaget dengan pertanyaan itu. Dalam benak saya, "apa susahnya sih sekedar mengoperasikan Linux"? Kalo cuma ngetik, nge-net, nge-print, nyetel mp3, nyetel video di Linux, apa susahnya? Saya tidak pernah secara khusus mengajari istri saya, apalagi sampai mengkursuskan, untuk dapat mengoperasikan Linux. Nyatanya ya istri saya bisa mengoperasikan seperti biasa.

Pengguna komputer dapat saya kategorikan dalam dua tipe, yakni:
1. Pengguna yang semata-mata hanya sekedar mengoperasikan, tanpa bisa menangani masalah yang muncul.
2. Pengguna yang mampu menangani masalah dari yang ringan sampai berat.

Menurut saya, kebanyakan orang adalah masuk dalam tipe 1. Seandainya masuk tipe 2, kebanyakan hanya mampu menangani masalah ringan. Jadi bagi orang tipe 1, mereka akan meminta bantuan orang lain untuk menangani masalah yang dialaminya. Jadi untuk tipe 1, menurut saya sama saja ketika dia mengoperasikan W*n*o*s ataupun Linux, mereka akan minta bantuan orang lain untuk mengatasi masalah yang dialaminya. Lalu apa lagi yang dikhawatirkan ketika mengoperasikan Linux?Toh jika W*n*o*s yang mereka gunakan, mereka juga akan meminta bantuan orang lain?

Nah bagi orang yang masuk dalam tipe 2, sepertinya sedikit yang tidak mau beralih ke Linux. Di antara mereka ada yang memang sudah dibekali dengan pengetahuan mengenai Linux yang diperoleh dari bangku kuliah, tetapi ada juga yang memang mempelajarinya secara otodidak.

Lalu bagaimana dengan alasan no 3 dan 5 dalam paragraf awal?Untuk alasan 3, tidak sepenuhnya bisa diterima maupun tidak sepenuhnya bisa ditolak alasan itu. Memang tidak bisa dijamin 100% bahwa dokumen yang kita kreasi dari software di Linux dapat tampil sama persis ketika ditampilkan/di edit dengan software di W*n*o*s. Tetapi menurut saya, perbedaan atau perubahan yang muncul cukup kecil. Bagi saya yang pengguna Linux, tentunya juga merasa kerepotan jika ada orang yang mengirimkan dokumen W*rd, dan ternyata ketika saya buka dengan Libre Office masih harus dilakukan penyesuaian. Sama saja kan? sama2 berubahnya, baik dari Linux ke W*n*o*s, maupun dari W*n*o*s ke Linux.

Untuk alasan 5, memang diperlukan kebijaksanaan/regulasi dari kantor tempat dia bekerja untuk beralih dari W*n*o*s ke Linux. Saya yakin jika dibuat aturan agar semua pc di kantor hanya dipasangi Linux, tanpa boleh ada W*n*o*snya, maka semua pegawai di kantor tersebut akan menjadi bisa mengoperasikan Linux. Saya yakin tidak akan ada gelombang pengunduran diri besar2an dari para pegawai lantaran tidak mampu mengoperasikan Linux. Bagusnya, saya dengar dibeberapa departemen telah diterapkan kebijakan untuk menggunakan sistem operasi Linux. Program pemerintah yang sangat bagus ini seharusnya kita dukung agar pemerintah tidak perlu lagi dibebani dengan tanggungan untuk membayar lisensi atas penggunaan sistem operasi atau software yang berbayar.

Sebenarnya tidak ada yang salah jika menggunakan Sistem operasi atau software berbayar, asalkan sistem operasi atau software tersebut diperoleh dengan cara yang benar bukan dengan membajak. Terlalu membuang uang banyak jika sebuah instansi terpaksa harus membayar bermilyar-milyar rupiah untuk sekedar membayar lisensi sistem operasi atau software tertentu, sementara yang gratisan tersedia dengan mudah dan dapat di operasikan dengan mudah pula. Jika alasan 5 dapat diselesaikan, maka tentunya alasan 3 akan gugur dengan sendirinya.

-------------------------------------
"There are no Windows in my house".

Senin, 30 Januari 2012

"Kuliah" Aljabar Vektor dan Kalkulus Vektor

Alhamdulillah sampai saat ini "kuliah" Aljabar Vektor dan Kalkulus vektor sudah berlangsung beberapa kali dengan peserta dari TF-1 sampai TF-5. Meskipun terakhir jum'at kemarin hanya diikuti oleh TF-3 dan TF-5 tetapi itu bukan menjadi halangan bagi berlangsungnya pemberian materi tambahan ini. Kegiatan ini diadakan semata-mata untuk memberikan wawasan baru dalam topik aljabar vektor dan kalkulus vektor, terutama sekali yang diinginkan oleh pemateri adalah adanya konsistensi dalam berpikir sehingga mampu memahami topik-topik dalam matematika maupun fisika secara benar.

Dengan bekal materi tambahan ini, diharapkan mahasiswa yang telah mengikuti dapat memiliki peningkatan dalam hal kemampuan menganalisa dan memahami topik-topik dalam fisika dan matematik. Tentunya tidak semata-mata bermodalkan materi tambahan ini saja untuk dapat meningkatkan kualitas, melainkan diperlukan usaha yang sangat keras dan militan dalam mempelajari berbagai sumber referensi secara mandiri, tanpa takut menghadapi tulisan berbahasa inggris.

Sampai saat ini, kendala yang dihadapi oleh pemateri hanya berupa adanya tugas-tugas tambahan yang diberikan kepada pemateri selaku pegawai, sehingga berakibat terganggunya jadwal rutin pemberian materi tambahan ini. Meskipun jadwal sempat terganggu, diharapkan mahasiswa masih bersemangat untuk mengikuti kegiatan ini.

Jika telah sampai saatnya, materi akan dilanjutkan pada topik Mekanika Klasik.

Senin, 26 Desember 2011

Landscape table dengan LaTeX

Ini contoh tabel Landscape yang dibuat di LaTeX. Bermanfaat untuk menampilkan tabel yang tidak cukup dalam format portrait sementara keseluruhan dokumen kita dalam format portrait.




Ini tanggung jawab siapa?

Tulisan ini saya salin dari blog saya yang lama, mengisahkan pengalaman saya kala itu.

Beberapa hari yang lalu saya sempat kaget dengan apa yang saya lihat dan dengar. Kala itu saya sedang menggendong anak saya, mengajaknya berjalan keliling kampung disuatu wilayah yang bukan kota Bandung maupun Jakarta dan cukup jauh jaraknya dari kedua kota besar itu. Mengapa saya sebut dua kota itu? Nanti akan jelas maksud saya.

Saya, dan juga anak saya yang mungkin belum mengerti apa yang dilihatnya, melihat beberapa anak kecil sedang asik menguasai jalanan kampun sebagai tempat mereka bermain. Karena tidak terlalu paham bahasa mereka, maka butuh waktu untuk berpikir sehingga apa yang mereka ucapkan dapat saya pahami. Sebetulnya tidak ada maksud untuk mengerti apa pembicaraan mereka sebelumnya. Namun ketika terdengar kata “******” (nama hewan) dari seseorang anak laki-laki sebagai makian kepada dua anak perempuan (dengan ukuran tubuh yang lebih tinggi 15cm), saya menjadi kaget. Lalu dengan lebih mendengarkan dan mencermati apa yang sedang terjadi, akhirnya saya paham bahwa kedua pihak, yaitu dua anak perempuan versus (sekitar) 4 anak lelaki sedang saling memaki karena mereka berbeda dalam mengidolakan klub sepakbola indonesia. Yang perempuan mengidolakan persija sedang yang kelompok lainnya mengidolakan persib. Ketika makian sudah semakin intensif, dan adanya gangguan terhadap sepeda tumpangan kedua anak perempuan itu, maka kedua anak perempuan itu mulai melayani dengan mendekati kelompok lelaki itu dan mengajak mereka berduel. Mungkin karena merasa postur tubuh kedua perempuan itu lebih tinggi maka mereka berani untuk mengajak duel. Namun entah apa yang terjadi, sepertinya duel itu tidak sempat terjadi dan kedua perempuan itu mulai menjauh.

Sejenak kemudian saya mulai tersadar bahwa saya sedang membawa sang buah hati dan saya tidak ingin ia melihat dan mendengar hal seperti itu agar tidak ditirunya dikemudian hari. Maka saya tinggalkan keramaian anak2 itu. Saya sebut mereka anak-anak karena saya perkirakan mereka tidak akan berumur lebih dari anak kelas 6 SD. Mungkin mereka berumur sama tuanya dengan anak kelas 4 SD.

Kejadian itu terus terang memang mengagetkan saya karena dilakukan oleh anak-anak kecil yang mungkin belum mengerti tentang apa yang mereka bela itu. Tetapi karena mereka belum mengerti tentang apa yang mereka ributkan itu maka saya sebetulnya bisa memaklumi. Mungkin kalau kabupaten mereka memiliki klub sepakbola yang bertaraf nasional kejadian seperti itu tidak akan terjadi karena mereka akan “sehati” dalam mendukung klub sepakbola. Namun jika budaya permusuhan antar pendukung klub sepakbola itu terus dilestarikan, maka bukan hal yang mustahil anak-anak itu pun akan melakukannya dengan anak-anak pendukung klub sepakbola lain. Ini semua tidak jauh-jauh dari contoh orang-orang dewasa yang sudah melakukannya.

Lalu bagaimana dengan orang dewasa yang sering “berperang” sesama bangsanya dalam rangka menjunjung tinggi kehormatan klub sepakbola idola mereka? Tentunya mereka tidak mau disamakan dengan anak-anak kecil itu, namun apapun pendapat mereka tetaplah mereka seperti anak kecil itu.

Seingat saya, ketika saya masih kecil, pernah diajarkan di sekolah bahwa olahraga adalah pemersatu bangsa. Tapi kalau seperti sekarang yang terjadi, apakah ajaran itu adalah sekedar motto atau lebih tepatnya omong kosong belaka? Sepertinya iya. Lalu ini tanggung jawab siapa? Atau malah, apa perlu dipertanggungjawabkan?

Senin, 19 Desember 2011

Masalah tiba-tiba logout ketika akan memutar video di natty

Jika anda pernah mengalami tiba-tiba ubuntu anda langsung logout ketika akan menjalankan file video di Natty, maka mungkin sekarang anda dapat berlega hati. Dulu ketika saya sudah berhasilmenginstall driver Sis di Natty, ternyata muncul masalah berikutnya.

Masalahnya adalah ketika akan menjalankan file video (dengan VLC), tiba-tiba sistem langsung logout. Begitu terus kejadiannya setiap akan menjalankan file video. Masalah ini sempat membuat saya akhirnya beralih kembali ke Karmic, karena dengan Karmic masalah tersebut tidak muncul di laptop saya.

Sampai akhirnya saya menemukan petunjuk dari http://kafegue.com, masalah itu kini sudah lenyappp..... dan saya berani untuk menggunakan Natty kembali...